Hiking to Mount Sibayak (2212 Mdpl)

“What a great Chapter”

I praise our Kids for their new chapter hiking to this beautiful mountain, Mount Sibayak (2212 m/7257 ft). 

Daddy just got a plan to bring these kids hiking to the Sibayak a night before 76th Indonesian Independence Day. And amazingly, they start screaming showing their excitement because they had already asking this for so long. They start looking some Sibayak’s video on YouTube, Daddy start to contacting a friend to find some rangers who can accompanied us to hikes up.

Early Saturday after morning prayers, we went to mount Sibayak via Sibolangit route. Distance from Medan to Sibayak in Karo regency approximately 50 km and it needs 2(two) hours driving and kids could take a sleep for a moment before we’re arrived. But The plan is not running that easy when we got stuck in a traffic jam at Sibolangit area because of a broke down Truck. 

After three hours stuck on the Jam, we’re finally arrived at the Mount Sibayak Area at 10.30 am we meat our ranger Rafi and Fikri, then start the adventure to the first shelter of the Sibayak’s trecking route. In order not to reduce the energy of the children on the heavy route, we asked Rafi and Fikri for help to take them by motorbike to the first shelter then taking some “late brunch” at the shelter before continuing to walk. the route from the parking lot to the first stop consists of a broken asphalt road with a slope of up to 50 degrees, thats why we ask the kids to use Rangers motorbike.

After take a rest for a moment, we went to continue the journey to the path wich a little slippery and wet after got rained the night before, passing through thickets of pandanus trees. After going through a thicket of pandan trees, we will go through limestone roads before finally reaching a stretch of gravel towards the Sibayak Crater. We through this route for an hour before finish at the crater and build a tent to take a rest an changing the wet clothes.

Kids is always a kids, playing anywhere and anytime they want. Find their nature playground when they start playing on a clear water puddle, the ranger said it was come from sulfur vapor that meets cold air then turns into water, but they don’t even care of it and continuing to play. 

After taking some lunch on the site, We decided to go down immediately because dark clouds were starting to form above the sibayak. After 45 minutes walking downhills, we arrived at the first shelter and escorted alternately to the car park.

The kids ask to take some meals at Jabu restaurant on our way back to Medan, but before we’re arrived at the restaurant they just fall asleep. Mommy ask daddy continue back to to Medan and find some dinner in Medan.

That’s all our story about our First Hiking to Sibayak. You can also watch our video on our channel “TheAditya’s Family Travel” on YouTube or just klik link on video bellow. Thank you for spending your time to read our story, much love from TheAditya’s.

Another New Year Trip

Tahun Baru identik sekali dengan berkumpul bersama keluarga, makan, Bersyukur untuk tahun yang sudah dilalui dan Berdoa bersama untuk hari dan hal hal yang lebih baik di tahun depan. Kalau buat kami, moment ini juga dimanfaatin untuk buat target target baru yang ingin di capai, lengkap dengan Do’s and Don’ts nya. Alhamdulillah nya lagi, akhir tahun kemaren Daddy dapet libur lebih awal meski harus piket kantor sebentar.

Slepas Piket 31 Desember 2020, Mom and Dad mau ajak anak anak nikmatin moment tahun Baruan dijalan, even sebenrnya udah yakin pasti bakal ada perubahan ditengah pandemi yang masih merajalela. One Night Trip pilihannya meski belum mutusin mau kemana. 

Masuk jalan Toll ke arah Tebingtinggi, Amenk teriak teriak cranky minta susu stelah kita putusin (dalam ragu) untuk jalan ke arah Riau. Daddy keluar Toll untuk cari supermarket terdekat. Nah pas slesai beli susu dan cemilan bayi bayi, Mom dengan polosnya nanya “Beneran mau ke Riau?”, keraguan daddy smakin memuncak dan langsung mutusin untuk mutar arah ke Banda Aceh. Kok Aceh lagi?

Karna kali ini jalan penuh dengan kekhawatiran akan banyaknya Razia surat kesehatan, hasil rapid atau SWAB dll, kita yakinkan untuk jalan ke Aceh dengan catatan kalau nggak bisa masuk ya harus lapang dada buat balik kanan, pesen hotel juga ntar “go show” aja stelah lewat perbatasan (kalau jebol). 

Alhamdulillaaaaaaah...

Lewat perbatasan sekitar jam 5 sore, situasi aman terkendali tanpa ada periksa periksa. Langsung kebut pesen hotel skalian Shalat Ashar sambil kasih “fast dinner” bayi bayi biar pada tidur trus lanjut jalan lagi. 

Hampir tengah malam saat kami sadar udah masuk Sigli menuju Bukit Seulawah. MaasyaAllaaah, nggak ada tanda tanda akan keramaian menyambut pergantian tahun, yang tampak cuma orang orang yang berkumpul di Masjid (untuk Dzikir) sejak kami keluar dari Peurlak. Daaan 00:00 1 January 2021. Bismillahirrahmanirrahim... (Serempak Mom and Dad)

Nyampe Hotel di Banda Aceh sekitar jam 1.30 kita langsung masuk kamar disambut anak anak yang langsung on nyariin Fireworks. Sorry kids, Let’s just pray for a better live in this new year and let’s go back to sleep kita bilang disambut muka kesal mreka yang udah nggak ngantuk.

Jum’at Pagi slepas sarapan dan check out, kita muter muter Banda Aceh sebelum ke Masjid Raya buat Shalat Jum’at. Nah kalau ini, nurutin request nya bang Tengah yang minta shalat di dalam masjid (bukan di halaman). Slepas Jum’atan sambil cari makan siang, mulai bingung mau extend atau Balik. Maklum aja, khawatir ga bisa kemana mana ngingat liburan di tengah pandemi kan? Museum masih pada tutup, pantai juga waktunya cuma sampai jam 18:00. 

Akhirnya mommy bilang extend aja waktu liat muka daddy yang mulai “kacaw” stelah cuma istrahat 3 jam aja. Browsing hotel dan spot yg belum pernah kita samperin. Mutusin buat stay (lagi) di The Pade Hotel trus makan dan waiting for sunset ke Maha Corner cafe di daerah Lampuuk.

Sempet kecewa nih, soalnya pas kita nyampe disambut gerimis jadi nggak bisa langsung ke Pantai. Tapi begitu reda, MaaaasyaAllaaah.. Garis Pantai dengan Pasir putih dipadu ombak yang berderu deru ini emang slalu ngangenin.. bayi bayi langsung lari ninggalin Mom and Dad dengan muka Panic.

 

Kecewanya bayi bayi yang ga bisa brenang krna ombaknya lumayan gede selepas gerimis tadi, terbayar dengan lari larian di pasir putih sambil cariin cangkang kerang dan serpihan serpihan trumbu karang mati buat aquarium di rumah. “This is what we missed” kata si kakak sambil teriak teriak berlari ninggalin adek adeknya..

Nah, Jawaban pertanyaan “Kenapa Aceh (lagi)?” Tadi kira kira begini, “we really wish we can start this year dari ujung Barat Indonesia dengan tujuan sampai ke ujung timur sana nanti Akhir Tahun”. Even kedengeran muluk muluk, tapi begitulah yang namanya Harapan kan? We try our best to make it happen.. BISMILLAH

Happy New Year Everyone..

-Aditya Rengga-

Family Travel ke West Sumatera (part 2)

Selesai dari Kelok 9, kita lanjutin perjalanan ke Istano Basa Pagaruyung di Batusangkar. Jaraknya kurang lebih 65 km atau 1 jam 45 menit. Ada jalur alternatif yang bisa kita pilih juga nih kalau kita dari arah kelok 9 atau lembah arau. Jalurnya lewat perkampungan dan mendaki di gunung sago. Untuk yang kurang suka ribet, better pilih jalur biasa sih ya. Nah ada  banyak rumah makan dan resto di sepanjang jalur menuju Batusangkar ini, berhubung sudah tengah hari, kemaren kita pilih untuk beli makan siang didaerah 50 kota (sayang Bapak lupa nama rumah makannya), Soal rasa ga usah ragu. Oh iya, berhubung kita bawa anak anak dan mencegah cranky, kita pilih beli bungkus aja. Selain lebih simple, kita juga bisa hemat waktu mengingat perjalanan masih jauh.

Nyampe Istano Basa kira kira jam 15.30, kuta langsung muter keliling naik turun istana. Buat yang mau mengabadikan gambar, pengelola juga nyediain penyewaan pakaian adat di lantai bawah Istana. Untuk dewasa satu setnya Rp 35.000 dan Rp 20.000 untuk anak anak, waktunya sampai puas. 

Ada tiga lantai yang bisa kita explore di Istano Basa ini, tapi harus hati hati buat temen temen yg bawa anak, Tangganya agak curam dan tinggi soalnya. Nah buat yang mau muter di sekeliling kawasan istana, ada pilihan transport yg bisa di sewa atau dinaiki, sperti sepeda dan kreta api (odont odong).

Slesai dari Istano Basa, kita berencana lanjutin explore ke Kota Padang. Tapi karna waktu yang udah sedikit Mepet, akhirnya Padang kita masukin list dulu buat di explore next time. 

Jalan dari Batusangkar balik ke Bukittinggi bisa ditempuh sekitar 1 jam 30 menit, dengan topography jalan tanjakan, turunan dan berkelok. Jalan raya di Sumbar ini terkenal mulus dan rapi, jadi ga usah khawatir bakal ketemu jalan rusak ya, yang penting harus tetap hati hati. 

Sampai di Bukittinggi kita langsung cari makan malam dan oleh oleh buat keluarga dirumah. Nah malam ini kita dapat recom makan Sate (padang) di “Sate Mak Aciak” dan “jangan lupa minum teh talua” kira kira gitu pesen uni kita dari Abu Dabi sana. Bener aja, bayangan rasa Sate Padang yg biasa kita makan seketika buyar. “Makjaaaang... Lamak Bana Ikkooo satai Maaaaak”. Kuahnya kental, dagingnya lembut, empat jempol ini sih. Sate Mak Aciak ini lokasinya masih di sekitar pusat kota Bukittinggi,  sekitar 100 m sebelum lubang Jepang. Kata si Emak, dulu mreka jualan di Psar Atas, cuma stelah pasar atas direnovasi, mreka pindah kesini.

Slesai makan malam, kita lanjut nyari oleh oleh sebelum balik ke hotel. Sama kayak warung makan, ada banyak pilihan toko oleh oleh disini, salah satunya toko “Ummi Aufa Hakim” yang juga dapet rekom paling banyak. Disini Mreka nyediain macem macem oleh oleh, mulai dari keripik sanjai, sampai rendang kering khas Sumatera Barat.

Hari terakhir di Bukittinggi.

Sama kayak hari hari lain, bayi bayi the Aditya ini emang ga bisa bedain hari libur atau hari kerja, bangunnya tetep aja jam 6 pagi. Sambil nunggu terang dan agenda berenang, Ibuk sibuk nyari lokasi sarapan yang udah buka jam segini. Pilihannya jatuh ke “Pisang Panggang HM Zein” di Pasar Atas. Warungnya buka dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam. Disini mreka sediain pisang panggang/bakar pakai kuah santan, lontong sayur dan berbagai jenis kue basah. Tempatnya ga terlalu besar, tapi sepagi ini aja antriannya udah cukup banyak. 

Balik ke Hotel dan langsung berenang, selesainya kita langsung siap siap check out buat Balik ke Medan. Aaah.. saat check out ini memang jadi saat saat yang paling berat.

Nah Sebelum jalan balik ke Medan, kita sempetin dulu buat main ke Lubang Japang dan makan siang di Ngarai Sianok. Cerita sedikit sejarah lubang trowongan ini ke Bayi bayi, tapi nggak turun kebayang bakal seribet apa ini bayi pas naiknya. 

Kita makan siang di “Itiak Lado Mudo”, Lokasinya dijalan menuju ngarai sianok. Tempat ini juga jadi tempat Favorite buat penyuka menu bebek dan makanan pedas. Kata orang sini, belum ke Bukittinggi kalo belum ke ngarai sianok dan makan itiak ini. 

Selesai makan siang, kita mulai jalan balik ke Medan. Drama muntah, hujan deras, ban bocor, Kabut tebel dan Macet Alhamdulillah jadi nikmat tambahan yang kita dapet selama jalan pulang. Alhamdulillah nya lagi, kita sampai Medan dengan selamat dan lengkap, Full of Memories disambut sunrise yang MasyaAllaaaaaah indah.

Jadi, Kapan mau jalan Bareng sama The Aditya?